Defibrillator
1) Defibrillator Monofasik
Arus
mengalir dalam
satu arah dari
satu paddle/
bantalan
yang lain pada
defibrilator
monofasik.
Dalam
VF
atau
VT tanpa nadi,
dianjurkan
untuk melakukan tiga shock
secara berurutan
dengan urutan
200 joules,
300
joule,
dan kemudian
360
joule.
2)
Defibrillator
Bifasik
Dalam
defibrilator
bifasik
listrik
arus
dalam satu arah
selama fase
pertama dan
berbalik arah
pada fase kedua
(sehingga
melewati
jantung
dua kali).
Defibrillator
bifasik
mampu memanfaatkan
jumlah joule
yang sedikit dan membuat sedikit
kerusakan miokard
yang sama atau lebih baik bila
dibandingkan dengan defibrillator
monofasik.
Teknologi
bifasik
sedang digunakan dalam
Automatic
Internal Cardiac Defibrillators (AICDs) dan Automated External
Defibrillators (AEDs). Saat ini masih dilakukan penelitian pada defibrilator
bifasik dan belum terdapat rekomendasi oleh American Heart
Association dalam hal tingkat joule yang akan
digunakan selama VF atau VT tanpa nadi (American Heart Association,
1998). Banyak literatur
menyebutkan bahwa untuk VF/PVT 150 joule, 150 joule, 150 joule pada tiga shock
berturut-turut.
3)
Defibrillator External Otomatis
(Automated External Defibrillator - AED)
AED
adalah defibrillator bifasik yang menggunakan pendekatan "lepas tangan
(hands off)". Operator tidak harus menginterpretasikan
irama jantung pasien, defibrilatorlah yang melakukannya. Defibrilator juga akan memilih
tindakan yang tepat bila diperlukan
untuk irama tertentu. AED
terdiri dari satu unit portabel kecil dengan
satu set pad/ bantalan elektroda defibrilasi.
Ketika
digunakan, akan muncul suara yang
memerintahkan operator apa yang harus dilakukan
selanjutnya. Pad akan
muncul disertai gambar untuk instruksi
di mana seharusnya ditempatkan. Setelah
pad ditempatkan pada pasien, AED akan membaca dan menginterpretasikan ritme pasien. Selanjutnya,
akan muncul suara yang menginstruksikan operator untuk "shock" pasien,
jika diperlukan. Operator hanya perlu menekan tombol "shock". AED akan menentukan joule. AED tidak memiliki pengaturan penyesuaian. Selain pad elektroda defibrilasi,
fitur pada AED hanya terdiri dari tombol "on/ off", layar monitor, dan tombol "shock".
AED sekarang ditempatkan
di daerah
yang keadaannya selalu "ramai" di seluruh dunia seperti
bandara,
stadion, pusat perbelanjaan, dan pesawat terbang. Pedoman ACLS yang baru adalah, "Semua penyedia layanan kesehatan yang melakukan resusitasi kardiopulmonari harus
dilatih
dalam
menggunakan
defibrillator eksternal
otomatis
dan
berwenang untuk
menggunakannya" (Asselin, 2001, hal. 49). Tujuan dari
AED adalah untuk mengurangi jumlah
waktu
antara
ketika
pasien masuk
ke VF dan
waktu
defibrilasi.
lumayan lah ya bisa bhn materi ujian
BalasHapus