Deteksi Dini Gangguan Penglihatan
Tiga
elemen penting yang memberikan kontribusi pada tahap perkembangan yaitu growth factor, genes, dan neural crest cells. Beberapa contoh perkembangan
struktur spesifik diantaranya:
1.
Palpebra (kelopak mata): kuncup palpebra
mulai terbentuk pada janin 16 mm (6 minggu), kemudian memisah pada bulan
kelima.
2.
Sklera dan otot dextra ocular akan
selesai pada janin usia 5 bulan.
3.
Lensa mata mulai terbentuk pada 28 hari
dan selesai pada usia 5 bulan.
4.
Retina berkembang secara anatomis sampai
6 bulan setelah lahir.
Semua
orang pasti mendambakan anaknya lahir dalam keadaan normal. Namun, tak dapat
dipungkiri juga, kelainan kongenital dapat menimpa sang jabang bayi. Faktor-faktor
yang mempengaruhinya dapat berupa:
Pengaruh
genetik. Mutasi genetik dapat menyebabkan gangguan anomali
pada mata antara lain aniridia (tidak mempunyai iris), posterior embriotoxon (garis-garis yang mucul secara berlebih dalam mata), katarak kongenital,
peters anomaly, dan axenfeld anomaly.
Teratogenic nongenetic.
1. Toksin.
Paparan terhadap alkohil akan menyebabkan pertumbuhan yang lambat, retardasi
mental, perilaku yang abnormal, glaukoma, koloboma pada uvea, retina
dismorfogenesis, hipoplasia nervsu opticus, dan FAS (Fetal Alcohol Syndrome). FAS berupa abnormalitas pada okular dengan
ciri-ciri strabismus (juling/ keadaan kedudukan kedua bola mata
dimana sumbu penglihatannya tidak sejajar), blefaroptosis (turunnya kelopak mata atas di bawah kedudukan yang normal dan dapat
menutupi pusat penglihatan / tidak), epikantus (jarak kedua mata jauh),
dan katarak (kekeruhan pada lensa mata).
(blepharoptosis)
(epikantus)
2. Infeksi maternal. Infeksi
TORCH (Toxoplasmosis, Rubella, CMV, Herpes) dapat menyebabkan katarak
kongenital, dan posterior uveitis (radang uvea bagian posterior yang biasanya disertai dengan keradangan jaringan disekitarnya).
(katarak
kongenital)
(posterior
uveitis)
3. Defisiensi nutrisi.
Nutrisi dalam konteks ini lebih berfokus pada defisiensi vitamin A karena yang
erat hubungannya dengan indera penglihatan. Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan
koloboma (lubang yang terdapat
pada struktur mata, seperti lensa mata, kelopak mata, iris, retina,
koroid, atau diskus optikus)
dan defek pada lensa.
4. Radiasi. Penggunaan
rontgen (sinar X) akan berdampak pada janin yang di dalam kandungan.
5. Obat-obatan.
Phenitoin,
quinine, LSD à
Hipoplasia nervus opticus à strabismus, tajam penglihatan menurun.
6. Kondisi lain. Kondisi-kondisi
yang dapat berkontribusi terhadap kelainan kongenital diantaranya tumor
(retinoblastoma) yang menyerang paling banyak di usia 2-3 tahun, glaukoma
kongenital (gejalanya nrocos, mata menutup kencang, silau), obstruksi ductus
nasolacrimalis (dengan gejala nrocos dan sering blobokan), serta kelainan
refraksi.
Kelainan
kongenital ini tidak harus dilakukan di instansi kesehatan, dan berbau medis. Cara
sederhana yang dapat dilakukan untuk deteksi gangguan penglihatan khususnya
retinoblastoma dengan menggunakan The Granny Test. Caranya pun mudah, yaitu
dengan cara memotret kedua mata dari berbagai sudut pandang, yang tentunya
flash kamera harus dinyalakan dan fitur red
eye reduction harus dimatikan. Kemudian diamati. Jika mata memancarkan
warna, itu tandanya mata normal. Namun jika tidak terpancar warna merah
tersebut, maka itu suatu pertanda bahwa terdapat gangguan pada mata tersebut. Hal
itu dikarenakan tumor menghalangi sorotan cahaya yang seharusnya masuk ke
retina, sehingga pada mata tampak warna putih saja.
References:
2. Revana, E., 2013. ‘Deteksi dini gangguan penglihatan’, makalah dipresentasikan
di Seminar deteksi dini gangguan penglihatan dan pendengaran pada bayi dan anak, RSA UGM, 20 April 2013.
Komentar
Posting Komentar