Asuhan keperawatan Pasien dengan trauma dada
Pertahankan airway, breathing,
and circulation. Lakukan evaluasi dengan cepat (<1 menit)
-
Cek nafas yang pendek dan sianosis
-
Cek TTV
-
Cek warna dan suhu kulit
-
Cek besar dan lokasi luka
-
Cek pergerakan dada paradoksikal
-
Cek distensi vena jugularis
-
Dengarkan bunyi nafas stridor
-
Dengarkan suara nafas bilateral
-
Lihat adanya retraksi epigaster dan
supraklavikula
-
Berikan volume tidal
-
Cek pembengkokan batang trakhea
-
Kaji penggunaan otot intercosta
-
Kaji penggunaan otot asesoris
-
Cek emphisema subkutan
-
Lihat dan dengarkan suara nafas yang menghisap
-
Dengarkan suara jantung.
Kaji riwayat dengan cepat
-
Apa yang terjadi?
-
Bagaimana hal itu bisa terjadi?
-
Sudah berapa lama hal itu terjadi?
-
Dimana terasa nyeri? Apakah nyeri menyebar?
-
Adakah sesuatu yang membuat nyeri itu hilang
atau bertambah buruk?
-
Seperti apa nyerinya?
-
Seberapa berat nyeri Anda jika diukur dari skala
1 hingga 10?
-
Adakah riwayat pengobatan?
Berikan intervensi terapeutik
-
Pertahankan jalan nafas
-
Yakinkan pertukaran gas adekuat
-
Tutup luka dada yang terbuka
-
Berikan jarum atau tusuk dada di bagian depan
dinding dada jika terjadi tension pneumothorax
-
Berikan terapi intravena (dua atau tiga jalur
jika memungkinkan, tetapi jangan sampai menunda transportasi demi melakukan hal
ini)
-
Lakukan pericardiocentesis jika diindikasikan
-
Kaji hasil radiografi jika terdapat fraktur
costa lebih dari 3, sejak korban dianggao multitrauma dan terdapat luka yang
lain. Selain itu, lakukan pula pemeriksaan apakah ada cedera cervical
-
Monitor TTV secara berkala
-
Monitor nadi untuk disritmia
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ineffective
airway clearance
a. Penyebab:
i.
Obstruksi jalan nafas
ii.
Penggumpala darah atau terdapat benda asing
iii.
Transection
trakhea
iv.
Distorsi trakhea
b.
Batasan karakteristik:
i.
Menurunnya pertukaran udara.
ii.
Suara nafas abnormal (rales, crackles, ronchi, wheezes)
iii.
Batuk yang tidak efektif
iv.
Perubahan jumlah atau dalamnya pernafasan
v.
Dispnea
vi.
Sianosis
vii.
Gangguan gas darah
viii.
Emfisema subkutan
c.
Intervensi keperawatan
i.
Hilangkan obstruksi jika ada. Suction jika diperlukan.
ii.
Berikan oksigenasi.
iii.
Kontrol jalan nafas jika diperlukan.
Trakheostomi dilakukan oleh dokter jika trakhea terbelah.
iv.
Lanjutkan monitor tanda-tanda vital dan
keadekuatan pertukaran udara.
d.
Evaluasi
i.
Pasien dapat mempertahankan keadekuatan ventilasi
tanpa bantuan.
ii.
Pasien dapat mempertahankan keadekuatan
oksigenasi dengan alat bantu nafas mekanik atau ventilator.
a.
Penyebab:
i.
Flail
chest
ii.
Pneumothoraks
iii.
Hemothoraks
iv.
Tension
pneumothorax
v.
Diaphragmatic
rupture
b.
Batasan karakteristik:
i.
Dispnea
ii.
Pergerakan dada yang paradoksikal
iii.
Penggunaan otot asesoris untuk bernafas dan
terdapat bunyi nafas stridor.
iv.
Retraksi epigastrik atau supraklavikula
v.
Tidak terdapat bunyi anfas bilateral
vi.
Terdengar bising usus di dada
vii.
Tachipnea
viii.
Perubahan kedalaman pernafasan
ix.
Sianosis
x.
Distensi vena jugularis
xi.
Terlihat cairan udara pada hasil radiografi dada
xii.
Gangguan oksigenasi darah arteri
c.
Intervensi keperawatan
i.
Berikan oksigenasi
ii.
Jika dicurigai pneumothorax atau hemothorax,
siapkan pasien untuk dipasang sejenis katup atau pipa dada.
iii.
Atur Pleur-evac
system atau peralatan suction yang
lain.
iv.
Jika dicurgai flail chest, pernafasan sebaiknya distabilkan dengan intubasi atau
ventilator.
v.
Berikan medikasi untuk mengurangi nyeri.
vi.
Lanjutkan monitor TTV dan kaji masalah yang
lain.
vii.
Gambar dan gambar kembali gas darah untuk
menentukan keadekuatan oksigenasi.
viii.
Pasang NGT (nasogastric
tube) untuk dekompresi perut dan menurunkan tekanan intra-thoraks
ix.
Kaji kembali pasien dan jelaskan prosedur.
d.
Evaluasi
i.
Pasien dapat mempertahankan keadekuatan
oksigenasi dengan atau tanpa intubasi dan ventilasi mekanik.
ii.
Tanda-tanda vital kembali normal.
Impaired gas exchange
a.
Penyebab:
i.
Gangguan ventilasi atau perfusi akibat dari
injuri ke paru-paru atau ketidakstabilan hemodinamika (shock) atau keduanya.
ii.
Tamponade jantung.
b.
Batasan karakteristik:
i.
Dispnea
ii.
Agitasi
iii.
Bingung
iv.
Somnolen
v.
Meningkatnya nafas
vi.
Sianosis
vii.
Meningkatnya nadi
viii.
Gangguan gas darah
c.
Intervensi keperawatan:
i.
Berikan oksigenasi
ii.
Suction
airway
iii.
Intubasi dan ventilasi jika diperlukan
iv.
Koreksi hipovolemia dengan terapi intravena dan
ganti cairan yang hilang (keseimbangan garam dan darah)
v.
Jika dicurigai terdapat tamponade jantung,
siapkan pasien untuk dilakukan pericardiocentesis.
vi.
Pasang NGT (Nasogastric
tube) untuk mengurang distensi lambung dan menurunkan tekanan intra-thoraks
d.
Evaluasi:
i.
Pasien dapat mempertahakan keadekuatan
oksigenasi dengan atau tanpa intubasi dan ventilasi mekanik.
ii.
Tanda-tanda vital kembali normal.
Decreased cardiac output
a.
Penyebab:
i.
Tension
pneumothorax
ii.
Tamponade jantung
iii.
Shock hemoragik
b.
Batasan karakteristik
i.
Meningkatnya nadi
ii.
Menurunnya tekanan darah
iii.
Melemahnya tekanan nadi
iv.
Distensi vena jugularis
v.
Agitasi
vi.
Bingung
vii.
Dingin, kulit lembab
viii.
Sianosis
ix.
Suara jantung meredam
x.
Deviasi trakhea
xi.
Menurunnya suara nafas unilateral atau
bilateral.
c.
Intervensi keperawatan
i.
Pertahankan pola nafas yang efektif
ii.
Lanjutkan monitor tanda-tanda vital
iii.
Jika terdapat tamponade jantung, siapkan pasien
untuk dilakukan pericardiocentesis
iv.
Monitor aritmia dan kemungkinan munculnya
tanda-tanda shock kardiogenik dari infark miokard
v.
Pasien sesegera mungkin dilakukan operasi.
d.
Evaluasi:
i.
Nilai hemodinamik, jantung dan pernafasan
kembali normal.
Source: Ladig, D., Carter,
R., Tannian, P., McAuley, M. & Hudson, G. M. 1992. Emergency Nursing fifth edition. United States: Mosby.
Komentar
Posting Komentar